Selama sepekan ini begitu banyak kegiatan mahasiswi gizi semester 6 yang dilakukan di luar kampus seperti wawancara ke beberapa posyandu, dinas kesehatan, badan pangan statistic, badan pertahanan pangan serta observasi konseling dengan seorang ahli gizi di Sembilan puskesmas Ngawi. Kami memperhatikan dengan sangat detail tata cara seorang ahli gizi dalam konseling kepada pasien. Kami pun ikut serta keliling pasien rawat inap dan memberikan beberapa saran tentang asupan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Berbagai macam penyakit yang diderita pasien kami tangani khusunya dalam asupan makan pasien, dan kami menyimpan secara aman dan merahasiakan data-data pasien karena data personal pasien tidak boleh disebar luaskan dan diberitahu kepada siapapun tanpa seizin pasien.
Tahapan-tahapan yang kami lakukan dalam menangani masalah gizi pada pasien yaitu pertama-tama dengan assesmen atau pengkajian gizi pada assesmen terdapat enam data harus dilengkapi yaitu anamnesis riwayat gizi, data biokimia, tes medis/ data lab, pengukuran antropometri, pemeriksaan fisik klinis, dan riwayat personal pasien, kemudian tahapan kedua yaitu diagnosis gizi. Pada diagnosis gizi kami mencari pola dan hubungan antara data yang terkumpu dan kemungkinan penyebab suatu penyakit lalu memilih masalah gizi spesifik dan menyatakan masalah gizi secara singkat dan jelas menggunakan terminology penulisan diagnosis gizi dengan konsep PES atau problem etiologi dan signs/ symptoms atau yang biasa dikenal dengan permasalahan gizinya, penyebab permasalahannya, dan gejala/tanda masalah gizi.
Tahapan selanjutnya ketiga adalah intervensi gizi, intervensi gizi yaitu merencanakan menu diet merujuk pada diagnosis gizi yang ditegakan dan sesuai dengan penyakit diderita pasien. Tahapan terakhir adalah monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respons pasien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya. Tiga langkah kegiatan monitoring dan evaluasi gizi, yaitu monitor perkembangan, mengukur hasil, dan evaluasi hasil. Kami mendiskusikan permasalahan gizi pasien secara bersama dengan ahli gizi di puskesmas tersebut. Kami juga diajarkan cara mengisi dan menyelesaikan skrining gizi secara singkat, jelas dan pada. Begitu banyak pelajaran yang kami dapatkan dalam observasi konseling kali ini. Banyak hal baru yang kami ketahui tentang realita seorang ahli gizi di masyarakat semua itu tidak sama dengan teori yang kita pelajari dan segala kejadian yang tak terduga dapat terjadi dalam realitas kehidupan. Peran seorang ahli gizi di masyarakat sangatlah penting membantu pasien mengontrol makanannya dan memberikan makanan yang tepat kepada pasien yang menderita penyakit tertentu yang harus makan makanan tertentu pula.
Kami mendapatkan ilmu dengan melihat ahli gizi di puskesmas tersebut menyampaikan konseling kepada pasien dengan tegas, jelas dan lancar. Semua kata-kata yang keluar dari beliau adalah suggesti yang diberikan kepada pasien dengan harapan pasien dapat menjalankan anjuran-anjuran yang diberikan. Penyampaian ahli gizi sangat ramah serta memberikan kesempatan kepada pasien untuk menyatakan keluhan-keluuhannya. Serta ahli gizi tidak sungkan-sungkan untuk memberikan semua ilmu yag dimilikinya kepada pasien, contoh pada pasien ibu hamil dan menyusui yaitu mempraktekan posisi menyusui yang baik dan benar serta menyarankan asupan makan yang sesuai dengan kebutuhan si ibu.
Begitu banyak pelajaran baru yang kami dapatkan setelah melakukan observasi konseling ke berbagai puskesmas. Semoga dengan adanya pra PKL (Praktik Kerja Lapangan) Gizi Masyarakat ini kami bisa dapat memahami dan mengetahui lebih dalam lagi tentang permasalahan kesehatan masyarakat dengan berbagai macam jenis dan macamnya. Amin. (Minkha, NH)