Search in:

Sejarah

Masalah Kesehatan di Indonesia antara lain tercermin dari angka kemati-an ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), dan status gizi balita. Dalam Riskesdas tahun 2013, dihasilkan peta permasalahan kesehatan dan gizi serta kecenderungannya, dari kelahiran bayi sampai dewasa. Seperti halnya prevalensi gizi kurang pada balita pada tahun 2007 sebesar 18,4 persen, menurun pada tahun 2010 menjadi 17,9 kemudian meningkat menjadi 19,6 persen pada tahun 2013. Berdasarkan SDKI 2012, rata-rata angka kematian Ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu, padahal pada hasil survei lima tahun lalu, angka kematian ibu hanya 228 per 100 ribu kelahiran hidup. Sedangkan masalah gizi kurang justru meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya (riskesdas 2013). Masalah gizi yang dihadapi Indonesia tidak hanya fokus pada mengatasi masalah gizi kurang saja, tetapi juga pada masalah kelebihan gizi yang sekarang cenderung meningkat.

Masalah gizi di Indonesia terjadi karena interaksi dan saling keterkaitan antara masalah asupan makanan dan peanyakit yg di latarbelakangi berbagai faktor yang saling kait mengait. Permasalahan gizi ini pun terkait dengan pola hidup masyarakat Indonesia yang jauh dari pola hidup islami, terutama kesenjangan sosial yang begitu tinggi antara yang miskin dan yang kaya. Keadaan ini menyebabkan daya beli masyarakat miskin rendah dan mengakibatkan kekurangan gizi, sedangkan masyarakat kaya justru memiliki daya beli tinggi yang mengakibatkan kelebihan berat badan. Hal ini merupakan salah satu permasalahan dalam dunia keilmuan gizi yang berkaitan erat dengan keilmuan Islam.

Sebagai Agama yang universal, Islam tidak hanya mengatur hubungan vertikal dalam kaitan beribadah manusia kepada Allah SWT semata, akan tetapi lebih dari itu Islam juga mengatur hubungan horizontal dalam berhubungan dengan manusia maupun makhluk hidup yang lain. Segala aspek kehidupan manusia diatur dalam hukum syariat yang meliputi; mu’amalah jual beli, pinjam meminjam, hutang piutang, produksi, distribusi, konsumsi, investasi, serta mu’amalah lainnya yang masih berhubungan dengan ibadah dalam rangka kepedulian sosial seperti zakat, infaq, sedekah, wakaf, dan lain sebagainya.

Kejayaan Islam masa silam merupakan bukti sejarah yang meyakinkan bahwa keilmuan kesehatan yang berdasarkan syariat Islam mampu menghantarkan masyarakat muslim di belahan dunia kepada tingkat kesejahteraan kesehatan yang maksimal terutama dalam hal pemenuhan gizi pada masyarakat. Sebagai contoh adalah salah satu tokoh muslim yang merupakan bapak kedokteran modern, yaitu Ibn Sina yang dikenal didunia kedokteran sebagai avisenna merupakan tokoh yang memadukan antara keilmuan Islam dan keilmuan kedokteran. Maka menjadi tantangan tersendiri bagi Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sarjana ilmu gizi atau ilmuwan gizi muslim guna mewujudkan kembali kejayaan Islam yang hanya terlampir dalam buku-buku sejarah.

Pada dasarnya, untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan sistem pendidikan keilmuan gizi yang terintegratif dengan materi keilmuan Islam yang diajarkan sehingga dapat menyentuh seluruh aspek kecerdasan mahasiswa-mahasiswa; kecerdasan intelektualnya, kecerdasan mentalnya, serta kecerdasan ruhaninya. Dengan demikian, akan tercipta sumber daya manusia yang diidamkan terutama dalam keilmuan gizi.

Untuk membantu mengatasi masalah kekurangan dan kelebihan gizi yang terjadi pada masyarakat Indonesia dengan mengintegrasikan keilmuan gizi dan keilmuan Islam inilah Prodi Gizi Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor didirikan, untuk mewujudkan bermacam program, seperti:

  1. Membentuk sistem kepengasuhan dalam kampus terpadu dengan segala instrumen dan kegiatannya (asrama, kelas, masjid, kantin, organisasi kemahasiswaan, dsb.) untuk menanamkan jiwa ikhlas, sederhana, mandiri, sosial, dan bebas dalam bergaul dan bekerja dengan sesama.
  2. Melakukan kegiatan-kegiatan rohani dan ilmiah guna menciptakan pribadi-pribadi intelek yang berpola pikir islami sehingga akan terwujud integrasi ilmu pengetahuan umum dan agama, seperti: ceramah rutin para dosen, salat berjamaah, tahsin bacaan Alquran, kegiatan perwalian, dsb.
  3. Melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan mahasiswa dalam berinteraksi secara global di masa mendatang, seperti: pembelajaran bahasa Arab dan Inggris, seminar internasional, pelatihan IT, dsb.